BANTENINSIDE.COM – Dalam dekade terakhir, Nigeria telah menghadapi tantangan besar dalam menghadapi kekerasan bersenjata yang melibatkan kelompok ekstremis seperti Boko Haram, al-Qaeda, dan ISIS. Namun, belakangan ini, muncul narasi yang memanas di panggung internasional terkait tuduhan genosida terhadap umat Kristen di Nigeria, yang dibantah keras oleh pemerintah negara tersebut.

Pemerintah Nigeria menyatakan terbuka terhadap bantuan dari Amerika Serikat dalam memerangi kelompok bersenjata garis keras, asalkan kedaulatan dan keutuhan wilayah dihormati. Dalam pernyataan resmi, mereka menegaskan bahwa kekerasan di Nigeria tidak ditujukan secara khusus kepada umat Kristen, melainkan merupakan hasil dari serangan kelompok teroris yang menargetkan seluruh warga di wilayah-wilayah konflik.

Namun, ketegangan meningkat setelah pernyataan kontroversial mantan Presiden AS, Donald Trump, yang mengancam akan memerintahkan aksi militer cepat dan memutus semua bantuan kepada Nigeria jika pemerintah tidak menghentikan kekerasan terhadap umat Kristen. Trump menyatakan, “Jika Nigeria gagal menindak pembunuhan terhadap umat Kristen, saya telah memerintahkan Departemen Pertahanan untuk bersiap melakukan aksi militer cepat.”

Respons keras datang dari juru bicara Kementerian Luar Negeri Nigeria, Kimiebi Imomotimi Ebienfa, yang menegaskan, “Tidak benar bahwa ada genosida terhadap umat Kristen di Nigeria. Pemerintah kami tidak pernah mensponsori kekerasan dan menegaskan bahwa semua warga Nigeria, tanpa memandang agama, adalah bagian dari bangsa ini yang harus dilindungi.”

Pernyataan serupa disampaikan oleh juru bicara kepresidenan Nigeria, Daniel Bwala, yang menegaskan bahwa Nigeria menyambut baik kerja sama internasional selama menghormati kedaulatan nasional. “Negara kami terbuka terhadap bantuan dari AS, asalkan menghormati integritas teritorial Nigeria,” katanya.

Presiden Bola Tinubu juga menegaskan komitmennya terhadap kebebasan beragama dan menolak narasi yang menuduh pemerintah membiarkan intoleransi berkembang. “Sejak 2023, kami telah bekerja keras untuk menjaga kerukunan antarumat beragama dan menangani tantangan keamanan. Nigeria tidak toleran terhadap kekerasan dan ekstremisme,” tegasnya.

Para analis dan aktivis kemanusiaan menegaskan, narasi tentang genosida Kristen di Nigeria tidak berdasar dan berpotensi memperparah ketegangan. Bulama Bukarti, pengacara dan analis konflik, menyatakan, “Kelompok bersenjata menyerang semua warga tanpa pandang bulu—baik Muslim maupun Kristen. Tuduhan genosida hanya memperkeruh suasana dan mengalih perhatian dari akar masalah sebenarnya.”

Sementara itu, para pengamat internasional menyarankan pentingnya kerja sama yang konstruktif dan saling menghormati kedaulatan dalam upaya memerangi terorisme di Nigeria. Ebenezer Obadare dari Council on Foreign Relations menekankan, “Ini adalah saat yang tepat bagi AS dan Nigeria untuk bekerja sama secara strategis dan berkelanjutan, mengedepankan dialog dan penghormatan terhadap integritas negara.”

Situasi di Nigeria tetap kompleks, namun komitmen pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberagaman dan perdamaian menjadi kunci utama di tengah dinamika geopolitik yang semakin memanas.(els)