BANTENINSIDE.COM – Kabar baik yang terasa pahit datang dari Provinsi Banten. Meski berhasil lepas dari predikat “juara pertama” provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia, sebuah ‘bom waktu’ baru terungkap: pabrik-pabrik padat karya mulai meninggalkan Banten, membuat nasib ratusan ribu warganya terkatung-katung.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Banten, Septo Kalnadi, secara blak-blakan mengakui tantangan berat yang sedang dihadapi.

“Alhamdulillah, tahun ini kita turun ke peringkat 4. Jumlah pengangguran turun dari 425 ribu menjadi 416 ribu,” jelas Septo pada Kamis (6/11/2025). Namun, ia segera menambahkan, “Tapi angka ini tetap di atas rata-rata nasional. Ini masalah serius.”

Biang Keroknya? Banten Terlalu Mahal!

Menurut Septo, akar masalahnya adalah pergeseran investasi besar-besaran. Banten, yang dulu menjadi primadona industri padat karya, kini mulai ditinggalkan investor yang mencari ‘surga’ baru dengan biaya lebih murah.

“Tantangan terbesar kita hari ini adalah pergeseran investasi. Era padat karya di Banten mulai berkurang dan beralih ke daerah lain,” ungkapnya.

Penyebab utamanya? Harga tanah yang meroket dan biaya operasional yang mencekik.

“Harga tanah untuk membangun pabrik saja sudah dikuasai swasta. Biaya sewa-menyewa ini sangat mempengaruhi industri padat karya di kita. Investor tentu memilih daerah baru yang biaya tanahnya lebih murah,” beber Septo.

Peringkat Membaik, Nasib Rakyat Bagaimana?

Kondisi ini menciptakan paradoks yang mengkhawatirkan. Di satu sisi, pemerintah merayakan penurunan peringkat pengangguran. Di sisi lain, fondasi ekonomi yang menopang ratusan ribu pekerja—industri padat karya—perlahan-lahan terkikis.

Fenomena ini menjadi sinyal bahaya bahwa tanpa strategi baru yang radikal, Banten berisiko kehilangan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan. Pertanyaannya kini, apa langkah konkret pemerintah untuk menghentikan “eksodus” pabrik dan menyelamatkan nasib 416 ribu warga yang masih menanti pekerjaan?

Publik menanti jawaban, bukan sekadar perayaan angka statistik.(els)